Sabtu, 24 November 2018

Kamu Introvert? Hal-hal Ini Pasti Sering Kamu Alami!

Introvert adalah kepribadian yang berpusat dalam diri. Mereka lebih senang melakukan segala hal sendiri atau melakukannya dengan orang-orang terdekat. Menjadi seorang introvert bukanlah hal yang mudah. Kamu pasti akan banyak mengalami halangan dan rintangan karena sifat pendiammu yang dominan. 
Berikut fakta-fakta yang sering introvert alami saat berada di lingkungan sekitarmu.

1. Dianggap aneh
Introvert selalu dianggap aneh karena jarang berinteraksi dengan yang lain. Selalu dicap sebagai si pendiam, si bisu, si pemalu hingga menyebabkan introvert merasa tersudutkan. Introvert selalu menganggap lingkungannya tidak pernah menerima adanya diri mereka. Bahkan ada introvert yang stres lalu depresi karena tidak ada satupun yang mengerti
mereka. 

2. Sariawan
Introvert selalu dikatain sariawan ataupun sakit gigi karena saking diamnya. Memang para introvert tidak suka dengan hal berbasa-basi dengan lawan bicara. Menurutnya itu adalah hal yang membuang-buang waktu. 

3. Sering dibilang sombong
Sekali lagi, introvert itu malas berbasa-basi. Mereka lebih suka membahas hal-hal yang dianggap perlu saja. Setelah itu, mereka lebih banyak diam. Makanya, kebanyakan orang-orang melabeli para introvert itu sombong. Padahal sebenarnya para introverthanya bersikap jujur dan apa adanya. 

4. Nyaman dengan kesendirian
Introvert lebih suka berlama-lama di tempat yang sunyi dan hening daripada keramaian. Menurutnya, berada dikeramaian sangatlah melelahkan. Para introvert juga tidak suka terlalu banyak menerima rangsangan dari luar. Mereka lebih suka berada di tempat yang hening seperti pantai untuk men-charge energi mereka yang terkuras karena banyaknya rangsangan dari luar. 

5. Kaku
Introvert itu rada kaku apalagi saat terpaksa berbicara dengan orang lain. Mereka susah untuk sekadar basa-basi sampai merasa diri mereka tidak berguna. Entah kenapa para introvert merasa tidak nyaman saat berinteraksi dengan orang yang tidak terlalu dekat dengannya. Mereka juga canggung saat berkenalan atau sedang presentasi di depan kelas.

Selasa, 26 Juni 2018

Mengenal Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)



Mengenal Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)
Oleh: Ranika. R

Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) tidak pernah terlepas dari dunia kepenulisan. Namun nyatanya penulis saat ini seringkali menyepelekan EBI. Padahal penulis adalah editor bagi anaknya (bukunya).

Memang benar kalau ada editor nantinya yang akan menyunting kata-kata yang salah itu. Tetapi kalau banyak salah? Apakah nanti ada kata-kata yang terselip salah? Pasti ada walau secuil saja. Oleh sebab itu, penulis harus bisa menguasai EBI walaupun dalam kadar sedikit untuk mengedit naskahnya tersebut.

Beberapa kata sehari-hari yang seringkali salah digunakan penulis dalam membuat sebuah karya tanpa disadari.
Bernafas (seharusnya bernapas).
Sekedar (seharusnya sekadar)
Karuan (seharusnya keruan)
Shalat (seharusnya salat)
Frustasi (seharusnya frustrasi)
Diagnosa (seharusnya diagnosis)
Hembus (seharusnya embus)
Kaos (seharusnya kaus)
Lembab (seharusnya lembap)
Seksama (seharusnya saksama)
Terlantar (seharusnya telantar)
Hutang (seharusnya utang)
Silahkan (seharusnya silakan)
Menghentak (seharusnya mengentak)
Karir (seharusnya karier)
Dan masih banyak lagi.
Padahal itu kata-kata sehari-hari, sering digunakan, tetapi masih juga ada yang salah dalam menuliskannya.

Banyak juga kalimat yang sering salah ditulis karena kesalahan peletakan tanda baca. Padahal salah tanda baca, maka bisa jadi salah arti. Penulis harus memperhatikan peletakan tanda baca saat menulis sebuah kalimat.

Contoh:
A. Kamu bisa panggil aku Ranika, Rani, atau Ika. (BENAR)
A. Kamu bisa panggil aku Ranika, Rani atau Ika. (SALAH)

B. Aku mulai lelah menghitung. “Sembilan puluh tujuh, sembilan puluh delapan, sembilan puluh sembilan, … seratus.” (BENAR)
B. Aku mulai lelah menghitung. “Sembilan puluh tujuh, sembilan puluh delapan, sembilan puluh sembilan … seratus.” (SALAH)

C. Aku sudah membaca buku sebanyak 1000 halaman. (BENAR)
C. Aku sudah membaca buku sebanyak 1.000 halaman. (SALAH)

D. Dia sangat diam saat di sekolah, tetapi sangat cerewet saat di rumah. (BENAR)
D. Dia sangat diam saat di sekolah tetapi, sangat cerewet saat di rumah. (SALAH)

Contoh sederhana kalimat yang salah.
A. Aku sedang makan Ibu.
B. Aku sedang makan, Ibu.
Tidak menambahkan tanda koma bisa salah arti, bukan?

Biasanya aku juga lumayan sering menemukan kesalahan penggunaan partikel. Misalnya partikel 'pun'. Padahal sudah ditulis dengan jelas kalau partikel 'pun' hanya disambung oleh 12 kata.
- adapun
- ataupun
- bagaimanapun
- biarpun
- kalaupun
- kendatipun
- maupun
- meskipun
- namunpun
- sekalipun
- sungguhpun
- walaupun
Selain itu dipisah semuanya. Jadi kalau kamu mau menguasai EBI, kuasai saja intinya.

Untuk menulis sebuah karya juga, penulis sebaiknya mempunyai KBBI V, PUEBI dan tesaurus di ponsel.


Untuk rekomendasi belajar EBI, kalian harus sering-sering kepoin Twitter-nya @ivanlanin @membetulkan @spa_si @uk_su @badanbahasa. Biasanya aku belajar nyantai dari Twitter-nya sih, biar nggak tegang-tegang amat, jadinya masuk otak. ;)




Terakhir, kamu boleh menulis apa pun idemu. Bebas! Namun, jika kamu ingin memublikasikan tulisan, sebaiknya perhatikan penulisannya.
Permasalahan tanda baca, kesalahan partikel pun, yang kubahas di atas memang tingkat urgensinya tidak terlalu tinggi. Orang-orang bisa dengan mudah mengatakan, “Ah, nggak penting.”
Namun, apa salahnya sekalian menulis, sekalian mengedit? Apalagi kalau kamu berkeinginan menjadi seorang penulis.
Kebiasaan-kebiasaan kecil seperti ini perlu dibiasakan supaya kita mudah melakukan perubahan-perubahan lain nantinya. Jangan sampai ada yang bilang, “Eh, lo sekolah nggak sih? Bahasa Indonesia belajar apa? Masa pake tanda koma aja nggak ngerti.”
Soalnya, aku pernah dibilang seperti itu. Walaupun nggak tertuju langsung padaku, tapi rasanya tetap saja sakit.

Ada beberapa quote nih sebelum berakhirnya materi kali ini.

Belajar menulis adalah belajar menangkap momen kehidupan dengan penghayatan paling total yang paling mungkin dilakukan oleh manusia. —Seno Gumira Ajidarma

Menulis kalimat berbelit-belit dan memakai kata-kata yang kabur tak terarah menandakan bahwa penulis tidak memahami topik yang dibahasnya. Ia mencoba menyembunyikan kekurangannya di balik berondongan kata-kata hampa. —Gorys Keraf

Ketika sebuah karya selesai ditulis, maka pengarang tak mati. Ia baru saja memperpanjang umurnya lagi. —Helvy Tiana Rosa

Sekian materi dariku, semoga bermanfaat bagi kalian semua.

Loves, Ranika.❤